Di tengah kesulitan keuangan keluarga yang berkepanjangan, Sultan, anak pertama yang bertahun-tahun tinggal di Jakarta dan selalu mengaku sukses untuk keluarganya di desa, dibuat bingung dengan kabar mendiang ayahnya meninggalkan warisan di desa. berupa hutang sebesar 300 juta. Hutang ini harus dilunasi dalam waktu 3 bulan, atau rumah mereka di desa akan disita. Sayangnya, kabar tersebut datang bersamaan dengan kedatangan Bilqis, adik perempuannya, yang mengetahui bahwa semua kesuksesan Sultan hanya bersifat sementara. Masalahnya, Mamah, ibu mereka, mengidap penyakit jantung dan mudah stres. Jadi saudara-saudara ini harus bekerja sama mencari uang untuk melunasi hutang. Sultan mencoba segala kemungkinan pekerjaan, sementara Bilqis hampir saja menjadi tukang pijat (hampir) plus-plus. Hingga akhirnya Bilqis menemukan saham yang menurutnya bisa menjadi jalan pintas dari segala permasalahannya. Alhasil, mereka harus bekerja sama mencari informasi saham-saham apa saja yang bisa menghasilkan keuntungan (insider trading). Namun informasinya sulit didapat, mereka juga terus menerus diganggu oleh Aji, adiknya yang nekat datang ke Jakarta dan selalu berusaha mencari uang untuk kuliah. karena mereka menganggap dirinya istimewa dan satu-satunya harapan keluarga. Sultan dan Bilqis harus berusaha keras, mulai dari menjadi pemilih bola di lapangan golf, hingga nekat memberikan obat tidur kepada para miliarder di sebuah acara hanya untuk mengetahui saham mana yang akan mencapai bulan berikutnya. Dengan menggunakan informasi yang mereka curi dan modal yang mereka pinjam, mereka bertekad untuk memasuki pasar saham—dan mereka tersesat. Saham yang mereka perjuangkan ambruk. Semua kebohongan mereka dibeberkan oleh Mamah. Sultan dipenjara karena laporan miliarder itu. Rumah yang selama ini mereka perjuangkan? Bank disita. Selang beberapa waktu, saham yang mereka jagokan justru melejit. Mereka juga mengikuti pelelangan untuk memenangkan kembali rumah tersebut dan tetap kalah. Hal ini menyadarkan Sultan dan Bilqis bahwa yang dibutuhkan ibu mereka bukanlah rumah, melainkan anak-anaknya. Pada akhirnya keluarga Sultan menggunakan seluruh uang yang mereka peroleh dari saham tersebut yang akhirnya melejit untuk membebaskan Sultan dan memulai kembali dari nol. Kali ini dengan kerja keras, investasi yang ketat, pengelolaan uang yang lebih baik, dan, yang paling penting, sebagai sebuah keluarga.